Bersama Kita Membangun Bonapasogit

Sabtu, 10 Mei 2008

Silangit dan Pengembangan Kawasan Agropolitan

Hermanto Turip, Tarutung

Pemerintah pusat menekankan agar Kabupaten/kota di seluruh Indonesia membuat kebijakan yang dapat merangsang minat investor menanamkan modalnya. Daerah yang tidak mampu akan jauh tertinggal. Sisi lain daerah yang mampu mendatangkan investor akan membuat daerah tersebut tidak terlalu membebani pusat soal pendanaan pembangunan.

Bandara Silangit, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) yang pengoperasiannya diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono, pada tanggal 9 Maret 2005 cukup vital dijadikan salah satu aset daerah. Tentunya diharapkan mampu mendongkrak pertanian dan pariwisata di empat kabupaten. Semenjak bandara yang dimaksud dioperasikan, menunjukkan perkembangan yang signifikan. Baik secara fisik, maupun kualitas.

Adanya Perkembangan Bandara dikarenakan, Departemen Perhubungan terus menambah panjang Run Way (Landasan Pacu, red). Kalau semula panjang Run Way Bandara tersebut masih 1.850 meter x 30 meter, saat ini sudah menjadi 2.250 meter x 30 meter. Sekaligus membangun berbagai fasilitas pendukung penerbangan. Sehingga Bandara Silangit, saat ini sudah dapat didarati berbagai jenis pesawat diantaranya, pesawat jenis CN – 235, Fokker 50, dan bahkan Fokker 28 seri 4000, baru-baru ini yakni tanggal 7 September lalu, mendarat mulus membawa rombongan mantan Menteri Perdagangan Jenderal (Purn) Luhut Binsar Panjaitan.

Dengan keberadaan Bandara Silangit, menjadi salah satu pendukung Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Taput, dalam pengembangkan Kota Agropolitan, sekaligus diharapkan mampu memacu percepatan roda pembangunan, dan perekonomian Taput khususnya, serta tiga Kabupaten lain yaitu, Kabupaten Toba Samosir, Humbang Hasundutan, dan Samosir. Hal dimaksud dapat terwujud, apabila ada kerjasama dalam pemamfaatan Bandara Silangit. Mewujudkan Kota Agropolitan, dan percepatan roda pembangunan, serta perekonomian di Taput, dan tiga Kabupaten dimaksud dengan memamfaatkan Bandara Silangit, Pemkab Taput dan kepala Bandara Silangit, pada tanggal 6 September 2007 lalu di Tarutung, telah menggelar rapat koordinasi dengan mengundang Pemkab Toba Samosir, Humbang Hasundutan, dan Samosir. Rapat koordinasi itu, berguna untuk membicarakan beberapa hal yang berkaitan dengan rencana pegembangan Bandara Silangit yaitu, kerjasama pemamfaatan Bandara dalam mendukung Kota Agropolitan, serta mendukung roda perekonomian masyarakat, tentunya di empat Kabupaten itu.

Alhasil, dalam keputusan rapat, keempat Kabupaten sangat mendukung terwujudnya kerjasama. Wujud daripada kerjasama keempat Kabupaten itu, baru-baru ini Pemkab Taput menyampaikan surat kepada Gubernur Sumatera Utara (Sumut), agar Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) berkenan membantu memfasilitasi kerjasama antara keempat Kabupaten itu, dengan perusahaan penerbangan (Airlines), ataupun dengan perusahaan penerbangan swasta lainnya. Guna pengoperasian penerbangan yang lebih luas misalkan, rute penerbangan Medan ke Silangit pulang pergi (PP) setiap hari, Medan ke Silangit ke Batam PP, Medan ke Silangit ke Dumai PP.

Peningkatan pergerakan penumpang datang, dan berangkat dari Bandara Silangit, didukung dengan sudah memadainya sarana dan prasarana, maka dalam rangka meningkatkan pelayanan pemasaran komoditi pertanian dari wilayah keempat Kabupaten tersebut ke Pekan Baru, Dumai, dan Batam, perlu didukung dengan Moda transportasi udara yang relatif memadai.

Lebih jauh, peningkatan untuk Moda transportasi udara pada Bandara Silangit, diharapkan dapat mendukung pengembangan sektor pariwisata di kawasan Danau Toba dan sekitarnya. Selain itu, dengan fasilitas pendukung penerbangan yang sudah ada saat ini, bandara udara telah didarati berbagai jenis pesawat. Namun, perlu adanya pengembangan bandara udara Silangit, untuk dapat didarati pesawat sejenis Boeing 737 – 200, sekaligus perlu dilaksanakan uji coba penerbangan (Uji Flight), dan untuk pelaksanaan uji Flight, dibutuhkan biaya sekitar US $ 1.000 per jam.

Disamping itu, menurut arahan kebandarudaraan dijelaskan mengenai keterpaduan antar Moda transportasi berkaitan dengan dukungan pergerakkan penumpang, dan barang dari dan ke Bandara Udara. Dalam kaitannya dengan keterpaduan antar Moda transportasi, kondisi geografis ditetapkan radius antar Bandar Udara di pulau Sunatera, Jawa, dan Bali, adalah 100 kilomter. Sehingga Bandara Udara Silangit, diharapkan dapat menjadi Bandar Udara untuk beberapa Kabupaten disekitarnya.

Saat ini bandara udara Silangit, masih didarati penerbangan reguler yakni Susi Air. Penerbangan reguler Susi Air berlangsung melalui kerjasama subsidi (Block Seat) antara Pemkab Taput dan Pemkab Humbang Hasundutan (Humbahas). Sedangkan pergerakkan penumpang dari dan bandara udara Silangit tahun 2006 yaitu, datang 1.772 orang, dan berangkat 1.331 orang. Kondisi sampai bulan Agustus tahun 2007 datang 3.500 orang dan berangkat 1.715 orang.

Pengoperasian penerbangan dengan jenis pesawat berbadan lebar di bandara Silangit dimungkinkan. Sebab, melihat peningkatan pergerakkan penumpang di Bandar Udara Silangit cukup signifikan. Sekaligus berdasarkan hasil studi JICA (Lembaga Bisnis Jepang) menyatakan, bahwa 60 persen penumpang pesawat di Bandar udara Polonia Medan, penumpangnya berasal dari daerah Tapanuli. Sehingga untuk mendukung pelayanan pemasaran komoditas pertanian, perlu pengoperasian penerbangan pesawat berbadan besar, dengan rute penerbangan yang lebih luas yakni antar wilayah dan antar Provinsi.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda